Di dalam Islam tidak ada
valentine, sebab kata valentine itu merupakan istilah impor dari agama
di luar Islam. Bahkan latar belakang sejarah dan esensinya pun tidak
sejalan dengan Islam.
Namun kalau yang anda
inginkan adalah perwujudan rasa kasih sayang menurut syariah Islam,
tentu saja Islam merupakan ‘gudang’ nya kasih sayang. Tidak sebatas pada
orang-orang terkasih saja, bahkan kasih sayang kepada semua orang.
Bahkan hewan pun termasuk yang mendapatkan kasih sayang.
Cinta kepada Kekasih
Kasih sayang kepada orang
terkasih pun ada di dalam Islam, bahkan menyayangi pasangan kita dinilai
sebagai ibadah. Ketika seorang wanita memberikan seluruh cintanya
kepada laki-laki yang dicintainya, maka Allah pun mencurahkan kasih
sayang-Nya kepada wanita itu. Hal yang sama berlaku sebaliknya.
Namun kasih sayang antara
dua insan di dalam Islam hanya terjadi dan dibenarkan dalam ikatan yang
kuat. Di mana laki-laki telah berjanji di depan 2 orang saksi. Janji itu
bukan diucapkan kepada si wanita semata, melainkan juga kepada orang
yang palingbertanggung-jawab atas diri wanita itu, yaitu sang ayah.
Ikatan ini telah menjadikan pasangan laki dan wanita ini sebagai sebuah
keluarga. Sebuah ikatan suami istri.
Adapun bila belum ada
ikatan, maka akan sia-sia sajalah curahan rasa kasih sayang itu. Sebab
salah satu pihak atau malah dua-duanya sangat punya kemungkinan besar
untuk mengkhianati cinta mereka. Pasangan mesra di luar nikah tidak lain
hanyalah cinta sesaat, bahkan bukan cinta melainkan birahi dan libido
semata, namun berkedok kata cinta.
Dan Islam tidak kenal
cinta di luar nikah, karena esensinya hanya cinta palsu, cinta yang
tidak terkait dengan konsekuensi dan tanggung-jawab, cinta murahan dan
-sejujurnya- tidak berhak menyandang kata cinta.
Cinta kepada Sesama
Di luar cinta kepada
pasangan hidup, sesungguhnya masih banyak bentuk kasih sayang Islam
kepada sesama manusia. Antara lain bahwa Islam melarang manusia saling
berbunuhan, menyakiti orang lain, bergunjing, mengadu domba atau pun
sekedar mengambil harta orang lain dengan cara yang batil.
Bandingkan dengan
peradaban barat yang sampai hari duduk di kursi terdepat sebagai jagal
yang telah membunuh berjuta nyawa manusia. Bukankah suku Indian di benua
Amerika nyaris punah ditembaki hidup-hidup? Bukankah suku Aborigin di
benua Australia pun sama nasibnya?
Membunuh satu nyawa di
dalam Islam sama saja membunuh semua manusia. Bandingkan dengan jutaan
nyawa melayang akibat perang dunia I dan II. Silahkan hitung sendiri
berapa nyawa manusia melayang begitu saja akibat ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki?
Silahkan buka lembaran
sejarah, siapakah yang dengan bangga bercerita kepada anak cucunya bahwa
nenek moyang mereka berhasil membanjiri masjid Al-Aqsha dengan genangan
darah muslimin, sehingga banjir darah di masjid itu sebatas lutut kuda?
Di awal tahun 90-an, kita masih ingat bagaimana Serbia
telah menyembelih umat Islam di Bosnia, anak-anak mati ditembaki.
Bahkan janin bayi di dalam perut ibunya dikeluarkan dengan paksa dan
dijadikan bola tendang. Bayangkan, kebiadaban apa lagi yang bisa
menandinginya?
Sesungguhnya peradaban
barat itu bertqanggung jawab atas semua ini. Tangan mereka kotor dengan
darah manusia, korban nafsu angkara murka.
Kasih sayang yang
sesungguhnya hanya ada di dalam Islam. Sebuah agama yang terbukti secara
pasti telah berhasil menjamin keamanan Palestina selama 14 abad
lamanya. Di mana tiga agama besar dunia bisa hidup akur, rukun dan
damai. Palestina baru kembali ke pergolakannya justru setelah kaum
yahudi menjajahnya di tahun 1948.
Bahkan gereja Eropa di
masa kegelapan (Dark Ages) pun tidak bisa melepaskan diri dari cipratan
darah manusia, ketika mereka mengeksekusi para ilmuwan yang dianggap
menentang doktrin gereja. Tanyakan kepadaGalileo Galilei, juga kepada
Copernicus, apa yang dilakukan geraja kepada mereka? Apa yang
menyebabkan kematian mereka? Atas dosa apa keduanya harus dieksekusi?
Keduanya mati lantaran mengungkapkan kebenaran ilmu pengetahuan,
sedangkan ilmu pengetahuandianggap tidak sesuai dengan kebohongan
gereja.
Kalau kepada ilmuwan
gereja merasa berhak untuk membunuhnya, apatah lagi dengan orang
kebanyakan. Lihatlah bagaimana pemuda Eropa dikerahkan untuk sebuah
perang sia-sia ke negeri Islam, perang salib. Lihatlah bagaimana nyawa
para pemuda itu mati konyol, karena dibohongi untuk mendapatkan surat pengampunan dosa, bila mau merebut Al-Aqsha.
Sejarah kedua agama itu, berikut sejarah Eropa di masa lalu kelam dan bau anyir darah. Sejarah hitam nan legam…
Bandingkan dengan sejarah Islam, di mana anak-anak bermain dengan bebas di taman-taman kota,
meski orang tua mereka lain agama. Bandingkan dengan sejarah perluasan
masjid di Mesir yang tidak berdaya lantaran tetangga masjid yang bukan
muslim keberatan tanahnya digusur. Bandingkan dengan pengembalian uang
jizyah kepada pemeluk agama Nasrani oleh panglima Abu Ubaidah Ibnul
Jarah, lantaran merasa tidak sanggup menjamin keamanan negeri.
Siapakah yang menampung
pengungsi Yahudi ketika diusir dari Spanyol oleh rejim Kristen? Tidak
ada satu pun negara yang mau menampung pelarian Yahudi saat itu, kecuali
khilafah Turki Utsmani. Sebab meski tidak seagama, Islam selalu
memandang pemeluk agama lain sebagai manusia juga. Mereka harus
dilindungi, diberi hak-haknya, diberi makan, pakaian dan tempat tinggal
layak. Syaratnya hanya satu, jangan perangi umat Islam. Dan itu adalah
syarat yang teramat mudah.
Maka kalau kita bicara cinta dan kasih sayang, Islam lah bukti nyatanya.
Ust. H. Ahmad Sarwat, Lc.
Ust. H. Ahmad Sarwat, Lc.