Banyak tenaga kerja di Eropa Selatan sekarang belajar Bahasa Jerman. Di
Jerman masih banyak dibutuhkan insinyur dan juru rawat. Tapi tidak mudah
untuk bisa menetap di sini.
Sejak dua tahun terakhir, minat remaja Eropa untuk belajar Bahasa Jerman
meningkat pesat. Perubahan ini memang sangat terasa, kata juru bicara
Goethe Institut Christoph Mücher. Beberapa waktu lalu ia berkunjung ke
Portugal. Di sana dia melihat bagaimana para pelajar sangat giat belajar
bahasa Jerman. "Saya belum pernah melihat pelajar dengan motivasi yang
begitu besar."
Sejak dua tahun, krisis ekonomi melanda negara-negara Eropa Selatan
seperti Yunani, Spanyol, Portugal dan Italia. Terutama generasi muda
sulit mendapat pekerjaan di negaranya. Sejak itu, mereka beramai-ramai
mendaftar di Goethe Institut untuk belajar bahasa Jerman, agar bisa
mencari pekerjaan di Jerman.
Karena itu, para tenaga pengajar di Goethe Institut mengembangkan
kurikulum khusus untuk insinyur, dokter dan juru rawat. Di Yunani, ada
program khusus dengan biaya kursus yang murah untuk anak muda yang
menganggur. Mereka bisa belajar Bahasa Jerman siang hari, sementara
orang
lain bekerja.
Kekurangan Tenaga Kerja Berpendidikan
Mücher mengatakan, banyak perusahaan Jerman yang mencari tenaga kerja
berpendidikan bertanya ke Goethe Institut. Dia lalu mengirim mereka ke
Kamar Dagang dan Dinas Tenaga Kerja. Christina Ramb dari Asosiasi
Pengusaha Jerman memperkirakan, sampai tahun 2030 Jerman akan kekurangan
4 juta tenaga kerja terdidik.
Sekarang saja, Jerman mulai kekurangan juru rawat, dokter, insinyur dan
spesialis bidang teknologi komunikasi. Untuk memenuhi kebutuhan ini,
kata Ramb, perlu dilakukan strategi ganda. Yaitu memberi peluang lebih
besar kepada perempuan dan tenaga kerja yang sudah tua, dan mencari
tenaga kerja di luar negeri.
Selama beberapa tahun terakhir, pemerintah Jerman mulai melonggarkan
undang-undang untuk tenaga kerja asing yang ingin bekerja di Jerman.
Melalui internet disebarkan informasi bagaimana untuk mendapat ijin
kerja di Jerman.
Selain itu, Jerman membuka pusat-pusat pelatihan untuk tenaga kerja
asing. Awal tahun ini, Dinas Tenaga Kerja membuat perjanjian khusus
dengan Bosnia-Herzegowina dan Filipina. Bulan Maret lalu, Jerman
menandatangani perjanjian dengan pemerintah India untuk membantu
pengajaran Bahasa Jerman di sekolah-sekolah di India.
Goethe Institut ditugaskan mendidik tenaga pengajar bahasa Jerman yang
nantinya akan mengajar di sekitar 1.000 sekolah India. Targetnya adalah,
sekitar satu juta murid-murid bisa mengenal Jerman. Tenaga kerja muda
di bidang teknologi komunikasi diharapkan akan tertarik bekerja di
Jerman dan tidak pergi ke Inggris atau Amerika Serikat.
Sampai sekarang masih belum jelas berapa tenaga ahli asing yang akhirnya
datang dan menetap di Jerman. Menurut Dinas Tenaga Kerja, pertengahan
2012 tercatat ada 2,2 juta tenaga kerja asing yang tercatat bekerja dan
membayar pajak di Jerman. Tapi dalam stastistik itu tercatat juga
pekerja di daerah perbatasan yang bekerja di Jerman tapi tetap tinggal
di luar negeri.
Tahun 2013, Dinas Tenaga Kerja membantu sekitar 700 orang, kebanyakan
dari Eropa Selatan, untuk mendapat pekerjaan di Jerman. Selain Dinas
Tenaga Kerja, ada juga perusahaan swasta yang membantu pekerja asing
mendapat pekerjaan di Jerman, walaupun birokrasi untuk pengakuan ijazah
dari luar negeri masih tetap sulit.
Berapa tenaga kerja asing yang datang dari luar negeri dan akhirnya
menetap di Jerman juga belum diketahui. Menurut konsultan tenaga kerja
Ulrike Heitzer-Priem, banyak pekerja ahli yang kemduian kembali lagi ke
negaranya. Alasannya, mereka merasa tidak betah di Jerman.
Di kebanyakan perusahaan Jerman, bahasa yang dipakai hanya Bahasa
Jerman. Ini membuat tenaga ahli asing merasa sulit bekerja. Selain itu,
ada juga alasan geografis. Perusahaan Jerman merekrut tenaga kerja di
kota-kota besar, misalnya di Barcelona atau Lissabon. Tapi di Jerman,
tenaga ahli itu ditempatkan di daerah pedesaan kecil. "Di daerah
pedalaman," kata Heitzer-Priem. Tentu saja, ini kualitas hidup yang
sangat berbeda.